Kamis, 06 Desember 2012

Macam-Macam Filsafat Menembus Dimensi Ruang dan Waktu

Macam-macam filsafat dapat bergantung pada obyeknya yang ada dan mungkin ada. Kemudian kita melihat macam-macam filsafat itu jika obyeknya mungkin bisa dipersempit. Orang-orang jaman dulu berpikir bahwa sesuatu itu terbuat dari apa, contohnya bumi terbuat dari apa, sehingga filsafat orang dulu adalah filsafat alam. Jika obyeknya tentang diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, yang kemudian kita memikirkan lokasi dari manusia tersebut. Contohnya manusia itu di pulau Jawa maka filsafatnya adalah filsafat manusia Jawa. Macam filsafat yang lain adalah jika obyeknya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maka filsafat spiritual atau teologi.
Macam – macam filsafat dapat dilihat dari lokasi obyek tersebut, dimana yang kita pikirkan, maka berfilsafat menurut obyeknya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu obyek yang dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Obyek yang di luar pikiran itu merupakan hal yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba. Obyek yang di dalam pikiran juga memiliki sifat-sifat tersendiri.  Misalnya: ketika kita memejamkan mata, maka kita memasukkan obyek ke dalam pikiran. Contoh : handphone. Ketika kita dapat melihat handphone maka obyek tersebut ada di luar pikiran, sedangkan ketika memejamkan mata dan masih mengingat handphone maka obyek tersebut berubah ada di dalam pikiran. Obyek yang dalam pikiran bersifat ideal dan tetap. Obyek pikir yang di dalam pikiran menghasilkan filsafat idealism. Tokoh filsafat idealism adalah Plato. Obyek yang di luar pikiran bersifat tidak tetap dan tokohnya adalah Aristoteles. Obyek pikir yang di luar pikiran itu menghasilkan filsafat realism.  
Macam – macam filsafat berdasarkan pada banyaknya obyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu monoisme, dualism, dan pluralism. Filsafat monoisme merupakan filsafat yang menganggap bahwa hanya ada satu yang benar yaitu kausa prima (Tuhan). Filsafat dualism ialah yang benar dua, sedangkan pluralism yaitu yang benar banyak. Macam-macam filsafat itu sebenarnya berdasarkan pada karakteristik dari obyek tersebut hingga sampai pada sejarah perkembangannya hingga filsafat modern atau filsafat kontemporer.
Obyek filsafat adalah sesuatu yang ada dan mungkin ada. Obyek tersebut merupakan urusan manusia. Ia mempunyai keterbatasan dalam olah pikir dan merupakan rahmat dari Tuhan sehingga manusia tidak sempurna. Manfaat dari ketidaksempurnaan itu ialah kita dapat membedakan. Contoh: kita tidak dapat hidup di air secara terus menerus karena kita dapat membedakan darat dan air, yang mana kehidupan kita. Segala hal yang ada dan mungkin ada sebenarnya membawa rahmat kepada kita jika mampu menggalinya dengan baik. Oleh karena itu, rasa syukur terus menerus saja masih kurang. Rasa syukur itu harus menjadi bagian dari kehidupan atau aktifitas sehari-hari, sehingga kita harus tahu bagaimana meningkatkan spiritual.
Penerapan rasa syukur kita akan rahmat Tuhan berkaitan dengan keterbatasan manusia dalam memikirkan dimensi ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu jika dibayangkan hanya manusia super atau manusia luar biasa yang dapat melakukannya. Tetapi pengertian dari menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan. Ketika belajar filsafat, kita belajar secara professional yaitu secara intensif dan ekstensif. Kita harus memahami pikiran para biksu kemudian kita hubungkan atau kita korenspondensikan dengan pengalaman kita, sehingga upaya menembus ruang dan waktu itu berdimensi. Pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang disebut ruang dan waktu? subyeknya siapa? siapakah dirimu? Kita mempunyai dimensi waktu.
Dimensi ruang tersebut adalah dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dan seterusnya, tergantung kita memberikan nomor. Hal tersebut merupakan teori atau aksioma saja. Dalam kenyataannya yang sedang ditempati adalah ruang. Contohnya ruang terbuka, ruang tertutup, ruang dosen, dan lain-lain. Jika dikembangkan dengan bahasa analog, ruang adalah pikiran yang meliputi ada dan mungkin ada. Jadi ruang itu terdiri dari wadah dan isinya dimana yang ada dan mungkin ada itu meliputi wadah dan isinya. Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan tanpa isi kita tidak dapat menemukan wadah. Untuk mengetahui ruang itu kita harus mengetahui waktu, begitu sebaliknya karena sebenar-benarnya waktu dan sebenar-benarya ruang itu tidak ada, hanya ada dalam pikiran. Hal ini merupakan intuisi, bukan definisi. Kita mempunyai ruang, contohnya ruang imajiner, tergantung kita memberikan nama. Ruang terdiri dari empat, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Material merupakan bentuk fisiknya, formal yaitu yang ditulis secara resmi dan normative adalah ilmu atau tata kramanya. Orang yang berilmu adalah orang yang mengetahui ruang dan waktu sesuai dengan tempatnya. Jika ada orang yang berkhutbah dimana-mana tanpa tahu tempatnya maka ia merupakan orang gila.
Sebagai manusia kita dapat menciptakan ruang sendiri. Sebagai orang dewasa kita dapat memahami ruang dimensi satu dan dua menggunakan intuisi sedangkan anak-anak menggunakan definisi sehingga tidak dapat memahaminya. Kita juga dapat memahami ruang dimensi satu karena kita mempunyai ruang dimensi dua, memahami ruang dimensi dua karena mempunyai ruang dimensi tiga dan seterusnya. 
Ruang dimensi tiga merupakan bangun ruang, dimensi dua merupakan bangun datar, maka kita dapat membayangkan ruang dimensi satu, dua, tiga, empat dan sebagainya. Orang matematika dapat memahami hingga ruang dimensi-n karena mereka menggunakan intuisi. Kemudian dikembangkan lagi sehingga kita mempunyai ruang kaum kapitalis, dimana hierarki dari bawah yaitu : ruang archaik, tribal, tradisional, teodal, modern, pos modern dan pos pos modern atau kapitalis.
Dalam pendidikan matematika orang yang berilmu ialah orang yang sopan santun terhadap apa yang mungkin ada di dalam pendidikan matematika, mengerti, memahami, mengamalkan dan merefleksikan. Belajar filsafat analog dengan belajar ilmu yang lain. Ketika belajar kita berhadapan dengan visi kita, yaitu menempatkan spiritual di paling atas, tiada dalam kehidupan ini terbebas dari unsur spiritual karena merupakan pendirian kita. Namun di sisi lain kita juga harus menghadapi gejolak dunia, dimana pengaruh “power of now” sangat besar dengan tombaknya yaitu kapitalisme, utilitarian, pragmatism dan hedonisme.
v   Kapitalisme : pandangan mengenai segala sesuatu diukur dari laju ekonomi. Keberhasilan seseorang diukur dari keberhasilanya dalam ekonomi.
v   Utilitarian : pandangan mengenai segala sesuatu itu diukur dari manfaatnya. Jadi ketika melakukan suatu hal maka kita harus apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak. Contohnya Amerika yang menyerang Pakistan.
v   Pragmatism : hakekat budaya hidup cepat, praktis, tidak bertele-tele.
v   Hedonism : pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari atau mengejar kebahagian dan rasa senang, hanya mengejar kenikmatan dunia, lupa pada norma agama. Rasa senang itu bisa diperoleh jika menemukan sesuatu yang baru. Hedonism ini merupakan limbah dari kapitalisme. Contoh : perkawinan dan pernikahan dalam dunia Barat.
Dalam perkembangan global ini, kita menemukan system dimana system tersebut tidak sesuai dengan diri kita, maka itulah dajal. Oleh karena itu sangatlah penting orang harus beragama. Dunia yang diciptakan oleh power of now sangat luar biasa, meskipun mereka menaruh agama di tengah karena yang favorit adalah power of now. Contoh pengaruhnya dalam kehidupan kita adalah adanya handphone, kita tidak dapat menghindarinya. Seperti halnya siang dan malam, kita tidak dapat memisahkanya, kapan siang dan kapan malam. Itulah tantangan kita, sehingga harus waspada.
Pertanyaan yang masih belum dapat terjawab adalah siapakah dirimu? Diri kita ini tergantung ruangnya. Jika material maka fisiknya seperti kaki, tangan, punggung, dan lain-lain, jika formalnya maka tulisan, ijazah, jika normative maka ilmunya dan spiritual adalah amal ibadahnya. Jadi menembus ruang dan waktu itu tergantung material, formal, normative dan spiritualnya. Sebuah batu juga mengalami ruang dan waktu walaupun tidak mengenal ruang dan waktu tapi batu itu ada dalam pikiran. Setiap manusia juga berbeda-beda dalam menembus ruang dan waktu, sehingga ruang dan waktu itu berdimensi.
Dalam menembus ruang dan waktu metodenya  ada dalam pikiran subyeknya. Contoh : batu permata yang dipakai di tangan kita. Batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu karena menempel di tangan. Agar kita mampu menembus ruang dan waktu, kita harus memahami tentang fenomenologi, fundalisme dan anti-fundalisme.
1.      Fenomenologi
Fenomenologi merupakan pikiran para biksu. Hal ini paling banyak digunakan oleh orang matematika karena dasarnya adalah abstraksi dan idealism. Abstraksi adalah memilih atau reduksi, sesuai dengan kodrat manusia. Contoh : manusia dilahirkan dari seorang ibu yang telah dipilih. Selain itu, manusia itu terbatas dan juga tidak adil. Ia tidak adil terhadap obyek yang ada di belakang karena tidak bisa melihatnya, tidak adil terhadap apa yang didengarkan. Hal itu merupakan contoh dari reduksi yang kita lakukan. Ketika memikirkan sesuatu agar dapat jernih, kita memasukkan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan ke dalam rumah epoke. Contoh : belajar mengenai bilangan, kita tidak perlu memikirkan lima apel ditambah delapan jeruk, tapi hanya memikirkan nilainya saja. Yang kedua adalah idelisme yang menganggap sesuatu itu sempurna.
2.      Fundamentalisme dan Anti-fundamentalisme
Semua makhluk beragama adalah kaum fundamental karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab dari segala sebab, tidak ada sebab yang lain, sebab utama dan pertama. Selain itu karena mempunyai fundamen atau permulaan. Seluruh kaum matematis merupakan kaum fundamental karena membuat matematika dari definisi. Orang yang membangun keluarga juga merupakan kaum fundamental dengan dasarnya ijab Kabul. Hakekat manusia adalah fundamen, tetapi hanya separuhnya karena semua manusi memiliki keterbatasan, sebagian besar tidak mampu mengenali permulaan. Contoh : kapan dimulainya pagi, siang atau malam? Sejak kapan dapat membedakan besar kecil? Tidak ada orang yang bisa mengatakanya kapannya. Hal ini disebut dengan anti-fundamentalisme, yang hanya menggunakan intuisi.
Misalkan: apa yang disebut dengan 2? Jawabannya bermacam-macam, ada bilangan prima, bilangan genap, hasil dari 3-1 dan lain-lain. Ini merupakan jawaban yang salah karena kita tidak perlu mendefinisikan bilangan 2. Penyebab dari permasalahan dalam pendidikan matematika adalah para calon guru seperti kita ini yang kehilangan intuisinya. Maka manfaat dari belajar filsafat adalah merebut kembali intuisi yang hilang, tidak perlu definisi karena sudah ada.

Perjalanan perkembangan filsafat sampai era Auguste Comte yang melahirkan ilmu telah banyak sekali ruang yang diperoleh. Teknologi juga merupakan ruang, maka timbullah istilah-istilah baru. Masing-masing orang mempunyai sandi sendiri. Sebagai contohnya adalah orang Jawa Timur yang mempunyai bahasanya sendiri, orang luar tidak dapat mengerti. Kata-kata baru yang muncul itu oleh orang yang mempunyai otoritas. Contoh : Syahrini yang menciptakan istilah baru. Dalam kehidupan ini kita harus memahami komunikasi, bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang itu sangat penting dalam kehidupan sehari – hari.

ALIRAN FILSAFAT

-->
Aliran filsafat tergantung dari objeknya, misal objeknya berupa benda-benda alam maka di sebut dengan filsafat alam, tetapi juga bisa diberi nama dari tokohnya misalnya idealism, adalah tokoh yang mengatakan  bahwa suatu yang ada dan  yang  mungkin ada adalah sejarah. Ada juga yang di definisikan dengan sifat, misalnya benda dalam fikir sifatnya adalah ideal maka filsafatnya di sebut dengan idealise, ideal itu artinya tetap berarti alirannya adalah bersesuaian dengan permenikes (tetap) , jadi plato adalah permenisme, suatu bilangan itu adalah tetap tidak berubah karena dalam pikiran, tetapi jika bilangan itu di luar pikiran maka bilangan tersebut merupakan yang ada dan yang mungkin ada (plural), misalnya bilangan 5, merupakan bilangan plural, karena bisa dikatakan bilangan 5 yang besar, 5 yang kecil, 5 yang hijau, 5 yang merah dan lain-lain bersifat plural maka filsafatnya bersifat real (realism) tokohnya adalah Aristotelian.
Filsafat juga diberi nama sesuai dengan aktifitasnya, Socrates mendapatkan filsafatnya dengan cara bertanya maka filsafatnya disebut dengan dialektis, kemudian kalau yang benar satu adalah monoisme, yang monoism adalah tuhan (sumber kebenaran), jika yang benar banyak maka adalah urusan dunia, jika berbicara filsafat pikiran, pikiran adalah dunia dan hati adalah satu, maka dunia itu adalah pluralism. Contoh pluralism yaitu tuhan ada banyak seperti tuhan gunung, matahari dan lain-lain. Namun jika yang benar itu dua maka di sebut dengan dualism seperti baik buruk Masyarakat indonesia pada umumnya cenderung dualism, boleh tidak boleh; baik, buruk dan kurang terampil membuat penjelasan jarak baik dan buruk. Ketika mulai terbuka  akan mengenal jarak baik dan buruk, biasanya di salah gunakan, jika menurut saya adalah benar maka di sebut dengan subjektifity dan jika saya menganggap pendapat orang lain benar maka disebut objektifity juga.
Objektifity tidak sederhana untuk di pahami, perlu melakukan abstraksi yang dahsyat untuk menentukan suatu kalimat/statment, determin yang menentukan dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, sehingga manusia tidak lepas dari kegiatan to determin sebagai contoh memakai baju (menentukan nasib baju), maka determin yang absolute adalah tuhan. Politikus, koruptor disebut manusia yang  determined, yang benar yang berkuasa di sebut otoriarian. bahkan kita melihatpun disebut determin.
Determin sejalan dengan reduksi, determin artinya memilih, kodrat manusia adalah memilih dan terpilih, maka seorang manusia yang lahir pada rahim seorang ibu adalah terpilih, karena kita tidak bisa memilih, tetapi di pilihkan. Maka reduksi dan determin merupakan metode yang sangat ampuh dan sangat berbahaya dan merugikan. Sebagai contoh adalah memandang seseorang tetapi mengabaikan seseorang. Determin sangat berbahaya jika menutupi sifat yang lain. Duduk sama rendah artinya sama halnya dalam mencari kebenaran.
Ketika kita berfilsafat tidak bisa menggunakan  metode yang instan, filsafat bersifat hidup maka dalam berfilsafat gunakanlah metode hidup. Metode hidup adalah berinteraksi, bergaul, membaca terus menerus. Filsafatnya para dewa adalah transedentalis, dewa adalah diri sendiri, yang hidupnya setingkat lebih tinggi dari orang setingkat di bawahnya, sebagai contoh anda dewa dari adek anda. Pada saat kita mengajar maka kita dewa bagi para peserta didik. Maka dewa itu adalah yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya. Belajar berfilsafat tidak mudah karena filsafat itu berdimensi-dimensi. Berfilsafat adalah sopan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada.

Sabtu, 27 Oktober 2012

ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA


A.      PENDAHULUAN
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu, dengan demikian ranah dari filsafat sangatlah luas. Pembagian mengenai filsafat sangatlah beraneka ragam, ada yang membagi filsafat menurut isi-isi persoalan, wilayah awal, zaman pekembangannya, maupun objek dalam filsafat itu sendiri. Karena filsafat merupakan kebebasan dalam olah pikir. Pengertian lain menyebutkan bahwa filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Dalam perkembangannya tersebut, terdapat tokoh-tokoh yang banyak berperan dan memberikan kontribusi yang berarti, baik berupa ide maupun gagasan dalam filsafat.
B.       PEMBAHASAN
Aliran filsafat matematika terbagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu pada masa Yunani Kuno, Masehi, Jaman Kegelapan, Jaman Pengerahan, Awal Jaman Modern, Jaman Modern, Jaman Post Modern, dan Jaman Post Post Modern.
1.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN FILSAFAT YUNANI
Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongengdongeng). Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Zaman Yunani terbagi Periode Yunani Kuno diisi oleh Ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, dan Democritus) dan pada Periode Yunani Klasik diisi oleh Ahli pikir seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.
1.        Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam. Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil.
a.    Thales (625 – 545 SM)
Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Menurut pendapatnya semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung di atasnya.
b.    Anaximandros (640 – 546 SM)
Ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Pemikiranya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsure yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to apeironi yang tak terbatas.
c.    Phytagoras (+ 572 – 497 SM)
Pemikiranya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dan perbandingan-perbandingan matematis. Ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri. Phytagoras lah yang mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur.
d.   Heraclitos (535 – 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Pemikiran filsafat nya terkenal dengan filsafat menjadi.
Ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alsannya, karenaair sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yangberada dibelakangnya.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau asap, toh adana api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api. Menurut pendapatnya, di dalam arche terkandung sesuatu  yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu).
e.    Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan.
Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat dibagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
f.     Democritus (460 – 370 SM)
Pemikirannya adalah bahaw realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil yang disebut atom. Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Maka, Democritus berpendapat bahwa
realiatas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang
tempat atom bergerak (yang kosong).
2.        Yunani Klasik
Pada periode Yunani Klasik ini semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mngawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai. Keahliannya dalam bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama tentang kosmos.
Antara kaum Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan yang erat sekali. Mereka itu hidup sezaman, pokok permasalahan pemikiran meraka juga sama, yaitu manusia. Perbedaan antara kaum Sofis denganSocrates adlah bahwa pemikiran filsafat Socrates sebagai suatu raksi dan kritik terhadap pemikiran kaum Sofis.
a.    Socrates
Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaanya seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang judes (galak dan keras). Setiap mengajarkan pengetahuannya socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Maka ia kemudian oleh kaum sofissendiri dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan akhirnya dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada tahun 399 SM.
Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.
b.    Plato (427 – 347 SM)
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubahubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebutnya pengetahuan indra, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal.
Dunia Ide dan Dunia Pengalaman
Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, serta dunia ide yang bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide. Plato mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b.    Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
c.    Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat,tidak ada anak dan lain-lain.
d.   Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyaiperaturan menjadi mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya tentang negara, yang tertera dalam Polites dan Nomoi. Konsepnya tentang etika sama seperti Socrates, yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau wellbeing).
c.    Aristoteles (384 – 322 SM)
Jika Plato lebih memusatkan perhatian pada ilmu pasti, maka perhatian Aristoteles diarahkan kepada ilmu ilmu pengetahuan alam dengan mengumpulkan bukti konkret (real). Karena itu, Aristoteles dikenal sebagai pencetus paham realisme.
Aristoteles menantang idealisme Plato dengan terang-terangan dalam perdekatan empirisnya dalam mempelajari alam . Oleh karena itu Aristoteles juga dikenal sebagai  Bapak Empirisme. Aristoteles menganggap ilmu sebagai pengalaman (dalam elegi konferensi internasional imajiner).
2.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN KEGELAPAN
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah :
a.       Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
b.      Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
c.       Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Setelah filsafat Yunani kuno berakhir, muncul filsafat abad pertengahan di mana filsafat identik dengan agama, hingga pemikiran filsafat menjadi satu dengan dogma agama. (Hamdan Akrumullah). Kebenaran dalam filsafat dikuasai oleh Gereja, pemikiran mengenai ilmu pengetahuan dicampuradukan dengan unsur spiritual. Akibatnya, abad  pertengahan sangat identik dengan zaman gelap. Banyak pemberontakan terjadi pada masa ini. Pemberontakan diawali oleh Capernikus yang terkenal dengan Capernican Revolution Theory. Pemberontakan Capernicus menghantarkan zaman gelap filsafat menuju masa pencerahan. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Galileo-Galilei, Brunner, Rene Descrates, David Hume.
a.       Rene Descrates (Rasionalisme)
Rene Descrates sangat terkenal dengan semboyannya ‘Cogito ergo sum’ yang artinya jika aku berpikir, maka aku ada. Dalam keragua-raguannya ia menemukan suatu kepastian yaitu bahwa ia sedang berpikir. Karena ia berpikir, maka ia ada (Burhanuddin Salam, 2005:113). Karena Rene Descrates terlalu mengagungkan rasionya maka aliran Descrates dikenal dengan nama Rasionalisme.
Filsafat menurut Descrates meliputi: ukuran-ukuran kepastian, adanya Tuhan, sifat-sifat jiwa, dan susunan jiwa manusia. Sifatnya sangat rasionalis dan metode yang digunakan sangat matematis.  Mengenai pengetahuan, pengetahuan datang dari deduksi rasional yang logis. Ide-ide bawaan memberikan satu-satunya dasar kokoh pengetahuan. Ketika menghadapi masalah maka dihubungkan kepastian logisnya dengan kenyataan. Pernyataan-pernyataan bersifat analitik sehingga pengetahuan merupakan apriori
b.      David Hume (Empirisme)
David Hume merupakan salah satu pengikut paham empirisme yang tidak menyukai metafisika. Semua pengetahuan bersumber dari pengalaman yang tidak mempunyai ide bawaan. Pernyataan-pernyataan bersifat sintetik dan pengetahuan bersifat aposterior.
Ajaran ilmu pengetahuannya ditujukan untuk menentang seluruh ajaran Descrates dan pengikutnya(Spinoza dan Leibniz). yaitu mengenai kausalitas. Menurutnya hukum sebab akibat hanyalah hasil kebiasaan (Burhanuddin Salam, 2005:164).  Oleh karena itu, David Hume terkenal dengan penentang hubungan sebab-akibat.
3.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN PENCERAHAN
Di awali dengan pemberontakan oleh Copernicus yang menghantarkan zaman gelap menuju zaman pencerahan. Kebangkitan matematika pada abad 15 sejalan dengan kebangkitan pemikiran para filsuf sebagai anti tesis abad gelap dimana kebenaran didominasi oleh Gereja. Maka Copernicus merupakan tokoh pendobrak yang menantang pandangan Gereja bahwa bumi sebagai pusat tata surya, dan sebagai gantinya dia mengutarakan ide bahwa bukanlah Bumi melainkan Mataharilah yang merupakan pusat tata surya, sedangkan Bumi mengelilinginya. Jaman kebangkitan ini kemudian dikenal sebagai Jaman Modern, yang ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh pemikir filsafat sekaligus matematikawan seperti Immanuel Kant, Rene Descartes, David Hume, Galileo, Kepler, Cavalieri, dst.
4.        PEMIKIRAN FILSAFAT AWAL ZAMAN MODERN
Pada masa pencerahan terdapat dua paham yang dipertentangkan, yaitu paham Rene Descrates dan David Hume. Hasil pertentangan keduanya disatukan oleh Imanuel Kant yang menandai masa modern. Pada masa modern para filsuf menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat.
Immanuel Kant menyebut dirinya sebagai antinomi, transendentalis, kontradiksi, ketegori, dan neumena-fenomena. Sumbangan terbesarnya adalah paham Kantinsime (Transendentalis) yang menyatukan paham empirisme dan rasionalisme.
Pengetahuan datang dari sintesis antara pengalaman dan konsep. Tanpa indera, manusia tidak akan sadar akan objek yang dipelajarinya, tetapi tanpa pemahaman, manusia tidak akan membentuk pengertian mengenai objek tersebut. Ajarannya mengenai asas pokok kesusilaan adalah imperatif kategoris, artinya manusia melakukan sesuatu atas dasar perintah dalam diri, tanpa memandang sebab akibatnya, cara berbuatnya, dan sebagainya.
5.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN MODERN
Hasil pertentangan yang terjadi pada awal zaman modern akhirnya dapat disatukan oleh Imanuel Kant yang menandai datangnya masa modern. Pada masa modern para filsuf menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat.
6.        MASA POST-MODERN, HINGGA SEKARANG
Filsuf yang terkenal salah satunya adalah Auguste Comte. Pada masa ini teks menjadi tema sentral diskursus para filsuf (Hamdan Akrumullah).  Auguste Comte terkenal dengan aliran pisitivismenya yang berpangkal pada Kant. Menurut Burhanuddin Salam, Auguste Comte menjadikan positivisme suatu sistem di mana sosiologi memperoleh kedudukan yang istimewa. Menurut Comte, budi manusia berkembang dari tahap teologis (segala sesuatu dijelaskan dengan kekuasaan  ilahi) melalui tahap metafisik (kekuasan ilahi menjadi esensi atau kekuatan abstrak) ke tahap akhir positif (hanya fenomena dan keterkaitan antarfenomena yang diperhitungkan. Segala sesuatu di luar pengalaman tidak relevan (Richard Osborne dalam P. Hardono Hadi, 2005:135).
Orang yang mempelajari filsafat semakin tidak terhitung, sehingga banyak filsuf-filsuf yang terabaikan. Namun demikian, filsafat semakin berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Hasil dari filsafat post-post modern, post-post-post modern adalah munculnya cabang-cabang khusus filsafat. Cabang-cabang khusus tersebut lebih dikenal dengan ilmu bidang seperti; fisika, matematika, biologi, dsb. Hasil pemikiran dalam berfilsafat menghasilkan teori-teori yang sampai saat ini terus dikembangan, diantaranya adanya pembagian kategori, analitik, dsb.  
Aliran-aliran dalam filsafat semakin berkembang sesuai dengan objek yang didefinisikan. Ada aliran utilitarian, kapitalisme, hedonisme, instanisme, dan lain sebagainya.
a.              Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.
b.             Utilitarian
Utilitarian adalah paham yang berdasarkan atas asas manfaat.
c.              Kapitalisme
Kapitalisme adalah paham yang berdasarkan kekuasaan/ dibangun berdasar pemodalan.
d.             Hedonisme
Hedonisme adalah paham yang hanya mengejar kenikmatan dunia.
C.      PENUTUP
Aliran filsafat pada dasarnya merupakan hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu yang membangun pandangan hidup masa tersebut. Sehingga mengakibatkan latar belakang filsafat yang berbeda-beda antara filosof yang satu dengan filosof yang lain sesuai dengan pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran masing-masing filosof. Filsafat dapat berbentuk cita-cita atau idealisme yang bertujuan meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu. Pada bidang filsafat awal mula timbulnya filsafat berasal dari rasa ingin tahu yang kemudian terbentuk mitos yang dipercayai oleh orang-orang dahulu sebagai suatu yang benar adanya.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut.

DAFTAR PUSTAKA
http://depary.blogspot.com/2008/03/utilitarianisme.html diakses tanggal 12 Oktober 2012 pukul 19.55 wib
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 15.00 wib.
http://wikiindonesia.org/wiki/Hegelianisme diakses pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 15.20 wib.