Macam-macam filsafat
dapat bergantung pada obyeknya yang ada dan mungkin ada. Kemudian kita melihat
macam-macam filsafat itu jika obyeknya mungkin bisa dipersempit. Orang-orang
jaman dulu berpikir bahwa sesuatu itu terbuat dari apa, contohnya bumi terbuat
dari apa, sehingga filsafat orang dulu adalah filsafat alam. Jika obyeknya
tentang diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, yang kemudian
kita memikirkan lokasi dari manusia tersebut. Contohnya manusia itu di pulau
Jawa maka filsafatnya adalah filsafat manusia Jawa. Macam filsafat yang lain
adalah jika obyeknya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maka
filsafat spiritual atau teologi.
Macam – macam filsafat
dapat dilihat dari lokasi obyek tersebut, dimana yang kita pikirkan, maka
berfilsafat menurut obyeknya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu obyek yang
dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Obyek yang di luar pikiran itu
merupakan hal yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba. Obyek yang di dalam
pikiran juga memiliki sifat-sifat tersendiri. Misalnya: ketika kita memejamkan mata, maka
kita memasukkan obyek ke dalam pikiran. Contoh : handphone. Ketika kita dapat
melihat handphone maka obyek tersebut ada di luar pikiran, sedangkan ketika
memejamkan mata dan masih mengingat handphone maka obyek tersebut berubah ada
di dalam pikiran. Obyek yang dalam pikiran bersifat ideal dan tetap. Obyek
pikir yang di dalam pikiran menghasilkan filsafat idealism. Tokoh filsafat
idealism adalah Plato. Obyek yang di luar pikiran bersifat tidak tetap dan
tokohnya adalah Aristoteles. Obyek pikir yang di luar pikiran itu menghasilkan
filsafat realism.
Macam – macam filsafat
berdasarkan pada banyaknya obyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu monoisme,
dualism, dan pluralism. Filsafat monoisme merupakan filsafat yang menganggap
bahwa hanya ada satu yang benar yaitu kausa prima (Tuhan). Filsafat dualism
ialah yang benar dua, sedangkan pluralism yaitu yang benar banyak. Macam-macam
filsafat itu sebenarnya berdasarkan pada karakteristik dari obyek tersebut
hingga sampai pada sejarah perkembangannya hingga filsafat modern atau filsafat
kontemporer.
Obyek filsafat adalah
sesuatu yang ada dan mungkin ada. Obyek tersebut merupakan urusan manusia. Ia
mempunyai keterbatasan dalam olah pikir dan merupakan rahmat dari Tuhan sehingga
manusia tidak sempurna. Manfaat dari ketidaksempurnaan itu ialah kita dapat
membedakan. Contoh: kita tidak dapat hidup di air secara terus menerus karena
kita dapat membedakan darat dan air, yang mana kehidupan kita. Segala hal yang
ada dan mungkin ada sebenarnya membawa rahmat kepada kita jika mampu
menggalinya dengan baik. Oleh karena itu, rasa syukur terus menerus saja masih
kurang. Rasa syukur itu harus menjadi bagian dari kehidupan atau aktifitas
sehari-hari, sehingga kita harus tahu bagaimana meningkatkan spiritual.
Penerapan rasa syukur
kita akan rahmat Tuhan berkaitan dengan keterbatasan manusia dalam memikirkan
dimensi ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu jika dibayangkan hanya
manusia super atau manusia luar biasa yang dapat melakukannya. Tetapi
pengertian dari menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan. Ketika
belajar filsafat, kita belajar secara professional yaitu secara intensif dan
ekstensif. Kita harus memahami pikiran para biksu kemudian kita hubungkan atau
kita korenspondensikan dengan pengalaman kita, sehingga upaya menembus ruang
dan waktu itu berdimensi. Pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang disebut
ruang dan waktu? subyeknya siapa? siapakah dirimu? Kita mempunyai dimensi
waktu.
Dimensi ruang tersebut
adalah dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dan seterusnya, tergantung kita
memberikan nomor. Hal tersebut merupakan teori atau aksioma saja. Dalam
kenyataannya yang sedang ditempati adalah ruang. Contohnya ruang terbuka, ruang
tertutup, ruang dosen, dan lain-lain. Jika dikembangkan dengan bahasa analog,
ruang adalah pikiran yang meliputi ada dan mungkin ada. Jadi ruang itu terdiri
dari wadah dan isinya dimana yang ada dan mungkin ada itu meliputi wadah dan
isinya. Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan tanpa isi kita tidak
dapat menemukan wadah. Untuk mengetahui ruang itu kita harus mengetahui waktu,
begitu sebaliknya karena sebenar-benarnya waktu dan sebenar-benarya ruang itu
tidak ada, hanya ada dalam pikiran. Hal ini merupakan intuisi, bukan definisi. Kita
mempunyai ruang, contohnya ruang imajiner, tergantung kita memberikan nama.
Ruang terdiri dari empat, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual.
Material merupakan bentuk fisiknya, formal yaitu yang ditulis secara resmi dan
normative adalah ilmu atau tata kramanya. Orang yang berilmu adalah orang yang
mengetahui ruang dan waktu sesuai dengan tempatnya. Jika ada orang yang
berkhutbah dimana-mana tanpa tahu tempatnya maka ia merupakan orang gila.
Sebagai manusia kita
dapat menciptakan ruang sendiri. Sebagai orang dewasa kita dapat memahami ruang
dimensi satu dan dua menggunakan intuisi sedangkan anak-anak menggunakan
definisi sehingga tidak dapat memahaminya. Kita juga dapat memahami ruang
dimensi satu karena kita mempunyai ruang dimensi dua, memahami ruang dimensi
dua karena mempunyai ruang dimensi tiga dan seterusnya.
Ruang dimensi tiga
merupakan bangun ruang, dimensi dua merupakan bangun datar, maka kita dapat
membayangkan ruang dimensi satu, dua, tiga, empat dan sebagainya. Orang
matematika dapat memahami hingga ruang dimensi-n karena mereka menggunakan
intuisi. Kemudian dikembangkan lagi sehingga kita mempunyai ruang kaum
kapitalis, dimana hierarki dari bawah yaitu : ruang archaik, tribal,
tradisional, teodal, modern, pos modern dan pos pos modern atau kapitalis.
Dalam pendidikan
matematika orang yang berilmu ialah orang yang sopan santun terhadap apa yang
mungkin ada di dalam pendidikan matematika, mengerti, memahami, mengamalkan dan
merefleksikan. Belajar filsafat analog dengan belajar ilmu yang lain. Ketika
belajar kita berhadapan dengan visi kita, yaitu menempatkan spiritual di paling
atas, tiada dalam kehidupan ini terbebas dari unsur spiritual karena merupakan
pendirian kita. Namun di sisi lain kita juga harus menghadapi gejolak dunia,
dimana pengaruh “power of now” sangat besar dengan tombaknya yaitu kapitalisme,
utilitarian, pragmatism dan hedonisme.
v Kapitalisme
: pandangan mengenai segala sesuatu diukur dari laju ekonomi. Keberhasilan
seseorang diukur dari keberhasilanya dalam ekonomi.
v Utilitarian
: pandangan mengenai segala sesuatu itu diukur dari manfaatnya. Jadi ketika
melakukan suatu hal maka kita harus apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak.
Contohnya Amerika yang menyerang Pakistan.
v Pragmatism
: hakekat budaya hidup cepat, praktis, tidak bertele-tele.
v Hedonism
: pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan
mencari atau mengejar kebahagian dan rasa senang, hanya mengejar kenikmatan
dunia, lupa pada norma agama. Rasa senang itu bisa diperoleh jika menemukan
sesuatu yang baru. Hedonism ini merupakan limbah dari kapitalisme. Contoh :
perkawinan dan pernikahan dalam dunia Barat.
Dalam perkembangan
global ini, kita menemukan system dimana system tersebut tidak sesuai dengan
diri kita, maka itulah dajal. Oleh karena itu sangatlah penting orang harus
beragama. Dunia yang diciptakan oleh power
of now sangat luar biasa, meskipun mereka menaruh agama di tengah karena
yang favorit adalah power of now. Contoh
pengaruhnya dalam kehidupan kita adalah adanya handphone, kita tidak dapat
menghindarinya. Seperti halnya siang dan malam, kita tidak dapat memisahkanya,
kapan siang dan kapan malam. Itulah tantangan kita, sehingga harus waspada.
Pertanyaan yang masih
belum dapat terjawab adalah siapakah dirimu? Diri kita ini tergantung ruangnya.
Jika material maka fisiknya seperti kaki, tangan, punggung, dan lain-lain, jika
formalnya maka tulisan, ijazah, jika normative maka ilmunya dan spiritual
adalah amal ibadahnya. Jadi menembus ruang dan waktu itu tergantung material,
formal, normative dan spiritualnya. Sebuah batu juga mengalami ruang dan waktu
walaupun tidak mengenal ruang dan waktu tapi batu itu ada dalam pikiran. Setiap
manusia juga berbeda-beda dalam menembus ruang dan waktu, sehingga ruang dan
waktu itu berdimensi.
Dalam menembus ruang
dan waktu metodenya ada dalam pikiran
subyeknya. Contoh : batu permata yang dipakai di tangan kita. Batu tersebut
dapat menembus ruang dan waktu karena menempel di tangan. Agar kita mampu
menembus ruang dan waktu, kita harus memahami tentang fenomenologi, fundalisme
dan anti-fundalisme.
1. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan
pikiran para biksu. Hal ini paling banyak digunakan oleh orang matematika
karena dasarnya adalah abstraksi dan idealism. Abstraksi adalah memilih atau
reduksi, sesuai dengan kodrat manusia. Contoh : manusia dilahirkan dari seorang
ibu yang telah dipilih. Selain itu, manusia itu terbatas dan juga tidak adil.
Ia tidak adil terhadap obyek yang ada di belakang karena tidak bisa melihatnya,
tidak adil terhadap apa yang didengarkan. Hal itu merupakan contoh dari reduksi
yang kita lakukan. Ketika memikirkan sesuatu agar dapat jernih, kita memasukkan
hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan ke dalam rumah epoke. Contoh : belajar
mengenai bilangan, kita tidak perlu memikirkan lima apel ditambah delapan
jeruk, tapi hanya memikirkan nilainya saja. Yang kedua adalah idelisme yang
menganggap sesuatu itu sempurna.
2. Fundamentalisme
dan Anti-fundamentalisme
Semua makhluk beragama
adalah kaum fundamental karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab
dari segala sebab, tidak ada sebab yang lain, sebab utama dan pertama. Selain
itu karena mempunyai fundamen atau permulaan. Seluruh kaum matematis merupakan
kaum fundamental karena membuat matematika dari definisi. Orang yang membangun
keluarga juga merupakan kaum fundamental dengan dasarnya ijab Kabul. Hakekat
manusia adalah fundamen, tetapi hanya separuhnya karena semua manusi memiliki
keterbatasan, sebagian besar tidak mampu mengenali permulaan. Contoh : kapan
dimulainya pagi, siang atau malam? Sejak kapan dapat membedakan besar kecil?
Tidak ada orang yang bisa mengatakanya kapannya. Hal ini disebut dengan
anti-fundamentalisme, yang hanya menggunakan intuisi.
Misalkan: apa yang
disebut dengan 2? Jawabannya bermacam-macam, ada bilangan prima, bilangan
genap, hasil dari 3-1 dan lain-lain. Ini merupakan jawaban yang salah karena
kita tidak perlu mendefinisikan bilangan 2. Penyebab dari permasalahan dalam
pendidikan matematika adalah para calon guru seperti kita ini yang kehilangan
intuisinya. Maka manfaat dari belajar filsafat adalah merebut kembali intuisi
yang hilang, tidak perlu definisi karena sudah ada.
Perjalanan perkembangan
filsafat sampai era Auguste Comte yang melahirkan ilmu telah banyak sekali
ruang yang diperoleh. Teknologi juga merupakan ruang, maka timbullah istilah-istilah
baru. Masing-masing orang mempunyai sandi sendiri. Sebagai contohnya adalah
orang Jawa Timur yang mempunyai bahasanya sendiri, orang luar tidak dapat
mengerti. Kata-kata baru yang muncul itu oleh orang yang mempunyai otoritas.
Contoh : Syahrini yang menciptakan istilah baru. Dalam kehidupan ini kita harus
memahami komunikasi, bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang itu
sangat penting dalam kehidupan sehari – hari.