Kamis, 06 Desember 2012

Macam-Macam Filsafat Menembus Dimensi Ruang dan Waktu

Macam-macam filsafat dapat bergantung pada obyeknya yang ada dan mungkin ada. Kemudian kita melihat macam-macam filsafat itu jika obyeknya mungkin bisa dipersempit. Orang-orang jaman dulu berpikir bahwa sesuatu itu terbuat dari apa, contohnya bumi terbuat dari apa, sehingga filsafat orang dulu adalah filsafat alam. Jika obyeknya tentang diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, yang kemudian kita memikirkan lokasi dari manusia tersebut. Contohnya manusia itu di pulau Jawa maka filsafatnya adalah filsafat manusia Jawa. Macam filsafat yang lain adalah jika obyeknya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maka filsafat spiritual atau teologi.
Macam – macam filsafat dapat dilihat dari lokasi obyek tersebut, dimana yang kita pikirkan, maka berfilsafat menurut obyeknya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu obyek yang dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Obyek yang di luar pikiran itu merupakan hal yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba. Obyek yang di dalam pikiran juga memiliki sifat-sifat tersendiri.  Misalnya: ketika kita memejamkan mata, maka kita memasukkan obyek ke dalam pikiran. Contoh : handphone. Ketika kita dapat melihat handphone maka obyek tersebut ada di luar pikiran, sedangkan ketika memejamkan mata dan masih mengingat handphone maka obyek tersebut berubah ada di dalam pikiran. Obyek yang dalam pikiran bersifat ideal dan tetap. Obyek pikir yang di dalam pikiran menghasilkan filsafat idealism. Tokoh filsafat idealism adalah Plato. Obyek yang di luar pikiran bersifat tidak tetap dan tokohnya adalah Aristoteles. Obyek pikir yang di luar pikiran itu menghasilkan filsafat realism.  
Macam – macam filsafat berdasarkan pada banyaknya obyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu monoisme, dualism, dan pluralism. Filsafat monoisme merupakan filsafat yang menganggap bahwa hanya ada satu yang benar yaitu kausa prima (Tuhan). Filsafat dualism ialah yang benar dua, sedangkan pluralism yaitu yang benar banyak. Macam-macam filsafat itu sebenarnya berdasarkan pada karakteristik dari obyek tersebut hingga sampai pada sejarah perkembangannya hingga filsafat modern atau filsafat kontemporer.
Obyek filsafat adalah sesuatu yang ada dan mungkin ada. Obyek tersebut merupakan urusan manusia. Ia mempunyai keterbatasan dalam olah pikir dan merupakan rahmat dari Tuhan sehingga manusia tidak sempurna. Manfaat dari ketidaksempurnaan itu ialah kita dapat membedakan. Contoh: kita tidak dapat hidup di air secara terus menerus karena kita dapat membedakan darat dan air, yang mana kehidupan kita. Segala hal yang ada dan mungkin ada sebenarnya membawa rahmat kepada kita jika mampu menggalinya dengan baik. Oleh karena itu, rasa syukur terus menerus saja masih kurang. Rasa syukur itu harus menjadi bagian dari kehidupan atau aktifitas sehari-hari, sehingga kita harus tahu bagaimana meningkatkan spiritual.
Penerapan rasa syukur kita akan rahmat Tuhan berkaitan dengan keterbatasan manusia dalam memikirkan dimensi ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu jika dibayangkan hanya manusia super atau manusia luar biasa yang dapat melakukannya. Tetapi pengertian dari menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan. Ketika belajar filsafat, kita belajar secara professional yaitu secara intensif dan ekstensif. Kita harus memahami pikiran para biksu kemudian kita hubungkan atau kita korenspondensikan dengan pengalaman kita, sehingga upaya menembus ruang dan waktu itu berdimensi. Pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang disebut ruang dan waktu? subyeknya siapa? siapakah dirimu? Kita mempunyai dimensi waktu.
Dimensi ruang tersebut adalah dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dan seterusnya, tergantung kita memberikan nomor. Hal tersebut merupakan teori atau aksioma saja. Dalam kenyataannya yang sedang ditempati adalah ruang. Contohnya ruang terbuka, ruang tertutup, ruang dosen, dan lain-lain. Jika dikembangkan dengan bahasa analog, ruang adalah pikiran yang meliputi ada dan mungkin ada. Jadi ruang itu terdiri dari wadah dan isinya dimana yang ada dan mungkin ada itu meliputi wadah dan isinya. Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan tanpa isi kita tidak dapat menemukan wadah. Untuk mengetahui ruang itu kita harus mengetahui waktu, begitu sebaliknya karena sebenar-benarnya waktu dan sebenar-benarya ruang itu tidak ada, hanya ada dalam pikiran. Hal ini merupakan intuisi, bukan definisi. Kita mempunyai ruang, contohnya ruang imajiner, tergantung kita memberikan nama. Ruang terdiri dari empat, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Material merupakan bentuk fisiknya, formal yaitu yang ditulis secara resmi dan normative adalah ilmu atau tata kramanya. Orang yang berilmu adalah orang yang mengetahui ruang dan waktu sesuai dengan tempatnya. Jika ada orang yang berkhutbah dimana-mana tanpa tahu tempatnya maka ia merupakan orang gila.
Sebagai manusia kita dapat menciptakan ruang sendiri. Sebagai orang dewasa kita dapat memahami ruang dimensi satu dan dua menggunakan intuisi sedangkan anak-anak menggunakan definisi sehingga tidak dapat memahaminya. Kita juga dapat memahami ruang dimensi satu karena kita mempunyai ruang dimensi dua, memahami ruang dimensi dua karena mempunyai ruang dimensi tiga dan seterusnya. 
Ruang dimensi tiga merupakan bangun ruang, dimensi dua merupakan bangun datar, maka kita dapat membayangkan ruang dimensi satu, dua, tiga, empat dan sebagainya. Orang matematika dapat memahami hingga ruang dimensi-n karena mereka menggunakan intuisi. Kemudian dikembangkan lagi sehingga kita mempunyai ruang kaum kapitalis, dimana hierarki dari bawah yaitu : ruang archaik, tribal, tradisional, teodal, modern, pos modern dan pos pos modern atau kapitalis.
Dalam pendidikan matematika orang yang berilmu ialah orang yang sopan santun terhadap apa yang mungkin ada di dalam pendidikan matematika, mengerti, memahami, mengamalkan dan merefleksikan. Belajar filsafat analog dengan belajar ilmu yang lain. Ketika belajar kita berhadapan dengan visi kita, yaitu menempatkan spiritual di paling atas, tiada dalam kehidupan ini terbebas dari unsur spiritual karena merupakan pendirian kita. Namun di sisi lain kita juga harus menghadapi gejolak dunia, dimana pengaruh “power of now” sangat besar dengan tombaknya yaitu kapitalisme, utilitarian, pragmatism dan hedonisme.
v   Kapitalisme : pandangan mengenai segala sesuatu diukur dari laju ekonomi. Keberhasilan seseorang diukur dari keberhasilanya dalam ekonomi.
v   Utilitarian : pandangan mengenai segala sesuatu itu diukur dari manfaatnya. Jadi ketika melakukan suatu hal maka kita harus apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak. Contohnya Amerika yang menyerang Pakistan.
v   Pragmatism : hakekat budaya hidup cepat, praktis, tidak bertele-tele.
v   Hedonism : pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari atau mengejar kebahagian dan rasa senang, hanya mengejar kenikmatan dunia, lupa pada norma agama. Rasa senang itu bisa diperoleh jika menemukan sesuatu yang baru. Hedonism ini merupakan limbah dari kapitalisme. Contoh : perkawinan dan pernikahan dalam dunia Barat.
Dalam perkembangan global ini, kita menemukan system dimana system tersebut tidak sesuai dengan diri kita, maka itulah dajal. Oleh karena itu sangatlah penting orang harus beragama. Dunia yang diciptakan oleh power of now sangat luar biasa, meskipun mereka menaruh agama di tengah karena yang favorit adalah power of now. Contoh pengaruhnya dalam kehidupan kita adalah adanya handphone, kita tidak dapat menghindarinya. Seperti halnya siang dan malam, kita tidak dapat memisahkanya, kapan siang dan kapan malam. Itulah tantangan kita, sehingga harus waspada.
Pertanyaan yang masih belum dapat terjawab adalah siapakah dirimu? Diri kita ini tergantung ruangnya. Jika material maka fisiknya seperti kaki, tangan, punggung, dan lain-lain, jika formalnya maka tulisan, ijazah, jika normative maka ilmunya dan spiritual adalah amal ibadahnya. Jadi menembus ruang dan waktu itu tergantung material, formal, normative dan spiritualnya. Sebuah batu juga mengalami ruang dan waktu walaupun tidak mengenal ruang dan waktu tapi batu itu ada dalam pikiran. Setiap manusia juga berbeda-beda dalam menembus ruang dan waktu, sehingga ruang dan waktu itu berdimensi.
Dalam menembus ruang dan waktu metodenya  ada dalam pikiran subyeknya. Contoh : batu permata yang dipakai di tangan kita. Batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu karena menempel di tangan. Agar kita mampu menembus ruang dan waktu, kita harus memahami tentang fenomenologi, fundalisme dan anti-fundalisme.
1.      Fenomenologi
Fenomenologi merupakan pikiran para biksu. Hal ini paling banyak digunakan oleh orang matematika karena dasarnya adalah abstraksi dan idealism. Abstraksi adalah memilih atau reduksi, sesuai dengan kodrat manusia. Contoh : manusia dilahirkan dari seorang ibu yang telah dipilih. Selain itu, manusia itu terbatas dan juga tidak adil. Ia tidak adil terhadap obyek yang ada di belakang karena tidak bisa melihatnya, tidak adil terhadap apa yang didengarkan. Hal itu merupakan contoh dari reduksi yang kita lakukan. Ketika memikirkan sesuatu agar dapat jernih, kita memasukkan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan ke dalam rumah epoke. Contoh : belajar mengenai bilangan, kita tidak perlu memikirkan lima apel ditambah delapan jeruk, tapi hanya memikirkan nilainya saja. Yang kedua adalah idelisme yang menganggap sesuatu itu sempurna.
2.      Fundamentalisme dan Anti-fundamentalisme
Semua makhluk beragama adalah kaum fundamental karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab dari segala sebab, tidak ada sebab yang lain, sebab utama dan pertama. Selain itu karena mempunyai fundamen atau permulaan. Seluruh kaum matematis merupakan kaum fundamental karena membuat matematika dari definisi. Orang yang membangun keluarga juga merupakan kaum fundamental dengan dasarnya ijab Kabul. Hakekat manusia adalah fundamen, tetapi hanya separuhnya karena semua manusi memiliki keterbatasan, sebagian besar tidak mampu mengenali permulaan. Contoh : kapan dimulainya pagi, siang atau malam? Sejak kapan dapat membedakan besar kecil? Tidak ada orang yang bisa mengatakanya kapannya. Hal ini disebut dengan anti-fundamentalisme, yang hanya menggunakan intuisi.
Misalkan: apa yang disebut dengan 2? Jawabannya bermacam-macam, ada bilangan prima, bilangan genap, hasil dari 3-1 dan lain-lain. Ini merupakan jawaban yang salah karena kita tidak perlu mendefinisikan bilangan 2. Penyebab dari permasalahan dalam pendidikan matematika adalah para calon guru seperti kita ini yang kehilangan intuisinya. Maka manfaat dari belajar filsafat adalah merebut kembali intuisi yang hilang, tidak perlu definisi karena sudah ada.

Perjalanan perkembangan filsafat sampai era Auguste Comte yang melahirkan ilmu telah banyak sekali ruang yang diperoleh. Teknologi juga merupakan ruang, maka timbullah istilah-istilah baru. Masing-masing orang mempunyai sandi sendiri. Sebagai contohnya adalah orang Jawa Timur yang mempunyai bahasanya sendiri, orang luar tidak dapat mengerti. Kata-kata baru yang muncul itu oleh orang yang mempunyai otoritas. Contoh : Syahrini yang menciptakan istilah baru. Dalam kehidupan ini kita harus memahami komunikasi, bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang itu sangat penting dalam kehidupan sehari – hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar