Sabtu, 27 Oktober 2012

ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA


A.      PENDAHULUAN
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu, dengan demikian ranah dari filsafat sangatlah luas. Pembagian mengenai filsafat sangatlah beraneka ragam, ada yang membagi filsafat menurut isi-isi persoalan, wilayah awal, zaman pekembangannya, maupun objek dalam filsafat itu sendiri. Karena filsafat merupakan kebebasan dalam olah pikir. Pengertian lain menyebutkan bahwa filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Dalam perkembangannya tersebut, terdapat tokoh-tokoh yang banyak berperan dan memberikan kontribusi yang berarti, baik berupa ide maupun gagasan dalam filsafat.
B.       PEMBAHASAN
Aliran filsafat matematika terbagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu pada masa Yunani Kuno, Masehi, Jaman Kegelapan, Jaman Pengerahan, Awal Jaman Modern, Jaman Modern, Jaman Post Modern, dan Jaman Post Post Modern.
1.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN FILSAFAT YUNANI
Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongengdongeng). Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Zaman Yunani terbagi Periode Yunani Kuno diisi oleh Ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, dan Democritus) dan pada Periode Yunani Klasik diisi oleh Ahli pikir seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.
1.        Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam. Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil.
a.    Thales (625 – 545 SM)
Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Menurut pendapatnya semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung di atasnya.
b.    Anaximandros (640 – 546 SM)
Ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Pemikiranya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsure yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to apeironi yang tak terbatas.
c.    Phytagoras (+ 572 – 497 SM)
Pemikiranya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dan perbandingan-perbandingan matematis. Ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri. Phytagoras lah yang mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur.
d.   Heraclitos (535 – 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Pemikiran filsafat nya terkenal dengan filsafat menjadi.
Ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alsannya, karenaair sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yangberada dibelakangnya.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau asap, toh adana api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api. Menurut pendapatnya, di dalam arche terkandung sesuatu  yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu).
e.    Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan.
Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat dibagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
f.     Democritus (460 – 370 SM)
Pemikirannya adalah bahaw realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil yang disebut atom. Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Maka, Democritus berpendapat bahwa
realiatas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang
tempat atom bergerak (yang kosong).
2.        Yunani Klasik
Pada periode Yunani Klasik ini semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mngawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai. Keahliannya dalam bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama tentang kosmos.
Antara kaum Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan yang erat sekali. Mereka itu hidup sezaman, pokok permasalahan pemikiran meraka juga sama, yaitu manusia. Perbedaan antara kaum Sofis denganSocrates adlah bahwa pemikiran filsafat Socrates sebagai suatu raksi dan kritik terhadap pemikiran kaum Sofis.
a.    Socrates
Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaanya seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang judes (galak dan keras). Setiap mengajarkan pengetahuannya socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Maka ia kemudian oleh kaum sofissendiri dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan akhirnya dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada tahun 399 SM.
Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.
b.    Plato (427 – 347 SM)
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubahubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebutnya pengetahuan indra, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal.
Dunia Ide dan Dunia Pengalaman
Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, serta dunia ide yang bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide. Plato mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b.    Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
c.    Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat,tidak ada anak dan lain-lain.
d.   Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyaiperaturan menjadi mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya tentang negara, yang tertera dalam Polites dan Nomoi. Konsepnya tentang etika sama seperti Socrates, yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau wellbeing).
c.    Aristoteles (384 – 322 SM)
Jika Plato lebih memusatkan perhatian pada ilmu pasti, maka perhatian Aristoteles diarahkan kepada ilmu ilmu pengetahuan alam dengan mengumpulkan bukti konkret (real). Karena itu, Aristoteles dikenal sebagai pencetus paham realisme.
Aristoteles menantang idealisme Plato dengan terang-terangan dalam perdekatan empirisnya dalam mempelajari alam . Oleh karena itu Aristoteles juga dikenal sebagai  Bapak Empirisme. Aristoteles menganggap ilmu sebagai pengalaman (dalam elegi konferensi internasional imajiner).
2.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN KEGELAPAN
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah :
a.       Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
b.      Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
c.       Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Setelah filsafat Yunani kuno berakhir, muncul filsafat abad pertengahan di mana filsafat identik dengan agama, hingga pemikiran filsafat menjadi satu dengan dogma agama. (Hamdan Akrumullah). Kebenaran dalam filsafat dikuasai oleh Gereja, pemikiran mengenai ilmu pengetahuan dicampuradukan dengan unsur spiritual. Akibatnya, abad  pertengahan sangat identik dengan zaman gelap. Banyak pemberontakan terjadi pada masa ini. Pemberontakan diawali oleh Capernikus yang terkenal dengan Capernican Revolution Theory. Pemberontakan Capernicus menghantarkan zaman gelap filsafat menuju masa pencerahan. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Galileo-Galilei, Brunner, Rene Descrates, David Hume.
a.       Rene Descrates (Rasionalisme)
Rene Descrates sangat terkenal dengan semboyannya ‘Cogito ergo sum’ yang artinya jika aku berpikir, maka aku ada. Dalam keragua-raguannya ia menemukan suatu kepastian yaitu bahwa ia sedang berpikir. Karena ia berpikir, maka ia ada (Burhanuddin Salam, 2005:113). Karena Rene Descrates terlalu mengagungkan rasionya maka aliran Descrates dikenal dengan nama Rasionalisme.
Filsafat menurut Descrates meliputi: ukuran-ukuran kepastian, adanya Tuhan, sifat-sifat jiwa, dan susunan jiwa manusia. Sifatnya sangat rasionalis dan metode yang digunakan sangat matematis.  Mengenai pengetahuan, pengetahuan datang dari deduksi rasional yang logis. Ide-ide bawaan memberikan satu-satunya dasar kokoh pengetahuan. Ketika menghadapi masalah maka dihubungkan kepastian logisnya dengan kenyataan. Pernyataan-pernyataan bersifat analitik sehingga pengetahuan merupakan apriori
b.      David Hume (Empirisme)
David Hume merupakan salah satu pengikut paham empirisme yang tidak menyukai metafisika. Semua pengetahuan bersumber dari pengalaman yang tidak mempunyai ide bawaan. Pernyataan-pernyataan bersifat sintetik dan pengetahuan bersifat aposterior.
Ajaran ilmu pengetahuannya ditujukan untuk menentang seluruh ajaran Descrates dan pengikutnya(Spinoza dan Leibniz). yaitu mengenai kausalitas. Menurutnya hukum sebab akibat hanyalah hasil kebiasaan (Burhanuddin Salam, 2005:164).  Oleh karena itu, David Hume terkenal dengan penentang hubungan sebab-akibat.
3.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN PENCERAHAN
Di awali dengan pemberontakan oleh Copernicus yang menghantarkan zaman gelap menuju zaman pencerahan. Kebangkitan matematika pada abad 15 sejalan dengan kebangkitan pemikiran para filsuf sebagai anti tesis abad gelap dimana kebenaran didominasi oleh Gereja. Maka Copernicus merupakan tokoh pendobrak yang menantang pandangan Gereja bahwa bumi sebagai pusat tata surya, dan sebagai gantinya dia mengutarakan ide bahwa bukanlah Bumi melainkan Mataharilah yang merupakan pusat tata surya, sedangkan Bumi mengelilinginya. Jaman kebangkitan ini kemudian dikenal sebagai Jaman Modern, yang ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh pemikir filsafat sekaligus matematikawan seperti Immanuel Kant, Rene Descartes, David Hume, Galileo, Kepler, Cavalieri, dst.
4.        PEMIKIRAN FILSAFAT AWAL ZAMAN MODERN
Pada masa pencerahan terdapat dua paham yang dipertentangkan, yaitu paham Rene Descrates dan David Hume. Hasil pertentangan keduanya disatukan oleh Imanuel Kant yang menandai masa modern. Pada masa modern para filsuf menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat.
Immanuel Kant menyebut dirinya sebagai antinomi, transendentalis, kontradiksi, ketegori, dan neumena-fenomena. Sumbangan terbesarnya adalah paham Kantinsime (Transendentalis) yang menyatukan paham empirisme dan rasionalisme.
Pengetahuan datang dari sintesis antara pengalaman dan konsep. Tanpa indera, manusia tidak akan sadar akan objek yang dipelajarinya, tetapi tanpa pemahaman, manusia tidak akan membentuk pengertian mengenai objek tersebut. Ajarannya mengenai asas pokok kesusilaan adalah imperatif kategoris, artinya manusia melakukan sesuatu atas dasar perintah dalam diri, tanpa memandang sebab akibatnya, cara berbuatnya, dan sebagainya.
5.        PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN MODERN
Hasil pertentangan yang terjadi pada awal zaman modern akhirnya dapat disatukan oleh Imanuel Kant yang menandai datangnya masa modern. Pada masa modern para filsuf menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat.
6.        MASA POST-MODERN, HINGGA SEKARANG
Filsuf yang terkenal salah satunya adalah Auguste Comte. Pada masa ini teks menjadi tema sentral diskursus para filsuf (Hamdan Akrumullah).  Auguste Comte terkenal dengan aliran pisitivismenya yang berpangkal pada Kant. Menurut Burhanuddin Salam, Auguste Comte menjadikan positivisme suatu sistem di mana sosiologi memperoleh kedudukan yang istimewa. Menurut Comte, budi manusia berkembang dari tahap teologis (segala sesuatu dijelaskan dengan kekuasaan  ilahi) melalui tahap metafisik (kekuasan ilahi menjadi esensi atau kekuatan abstrak) ke tahap akhir positif (hanya fenomena dan keterkaitan antarfenomena yang diperhitungkan. Segala sesuatu di luar pengalaman tidak relevan (Richard Osborne dalam P. Hardono Hadi, 2005:135).
Orang yang mempelajari filsafat semakin tidak terhitung, sehingga banyak filsuf-filsuf yang terabaikan. Namun demikian, filsafat semakin berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Hasil dari filsafat post-post modern, post-post-post modern adalah munculnya cabang-cabang khusus filsafat. Cabang-cabang khusus tersebut lebih dikenal dengan ilmu bidang seperti; fisika, matematika, biologi, dsb. Hasil pemikiran dalam berfilsafat menghasilkan teori-teori yang sampai saat ini terus dikembangan, diantaranya adanya pembagian kategori, analitik, dsb.  
Aliran-aliran dalam filsafat semakin berkembang sesuai dengan objek yang didefinisikan. Ada aliran utilitarian, kapitalisme, hedonisme, instanisme, dan lain sebagainya.
a.              Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.
b.             Utilitarian
Utilitarian adalah paham yang berdasarkan atas asas manfaat.
c.              Kapitalisme
Kapitalisme adalah paham yang berdasarkan kekuasaan/ dibangun berdasar pemodalan.
d.             Hedonisme
Hedonisme adalah paham yang hanya mengejar kenikmatan dunia.
C.      PENUTUP
Aliran filsafat pada dasarnya merupakan hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu yang membangun pandangan hidup masa tersebut. Sehingga mengakibatkan latar belakang filsafat yang berbeda-beda antara filosof yang satu dengan filosof yang lain sesuai dengan pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran masing-masing filosof. Filsafat dapat berbentuk cita-cita atau idealisme yang bertujuan meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu. Pada bidang filsafat awal mula timbulnya filsafat berasal dari rasa ingin tahu yang kemudian terbentuk mitos yang dipercayai oleh orang-orang dahulu sebagai suatu yang benar adanya.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut.

DAFTAR PUSTAKA
http://depary.blogspot.com/2008/03/utilitarianisme.html diakses tanggal 12 Oktober 2012 pukul 19.55 wib
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 15.00 wib.
http://wikiindonesia.org/wiki/Hegelianisme diakses pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 15.20 wib.

Rabu, 10 Oktober 2012

Adab Dalam Berfilsafat


 RESTI SAFITRI
09301241012
P’MATSUB 2009


Filsafat adalah olah pikir, olah pikir  yang refleksif. Kuliah filsafat pendidikan matematika adalah kuliah yang bersifat  refleksif. Kuliah refleksif maksudnya mengungkapkan kembali hasil dari perkuliahan dan ditulis dengan kalimat sendiri.
Mengapa filsafat penting untuk di pelajari? Karena filsafat meniru terminologi dunia, dengan kata- kata dunia, kita  bisa taruh dunia di depan apapun, sebagai contoh dunia wanita ,dunia anak – anak, dunia kelistrikan, dunia binatang, dunia bisnis,  dan lain-lain. Demikian juga dengan filsafat juga bisa di letakkan di depan  apapun, sebagai contoh adalah filsafat manusia, filsafat hewan, filsafat pen didikan matematika, filsafat agama, filsafat tumbuhan bahkan filsafat Tuhan. Hal ini di karenakan filsafat adalah olah pikir, karena filsafat olah pikir maka kita dapat memikirkan apapun, walaupun terbatas bahkan memikirkan Tuhan meskipun terbatas karena harus ada adabnya .Pengertian adab adalah tata cara.
Filsafat adalah ilmu yang multirupa,  ilmu filsafat ilmu yang bisa sangat dekat dengan kita dan juga bisa sangat jauh dengan kita, ilmu yang sangat ringan atau bahkan ilmu yang sangat berat, ilmu yang bisa berguna bahkan juga bisa sangat membahayakan kita. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan maka dalam  mempelajari ilmu filsafat  harus ada adab yang harus di perhatikan. Orang yang memperhatikan tata cara disebut orang yang berdab dan sebaliknya adalah biadab atau orang yang tidak mempunyai tata cara.
Definisi filsafat dapat diartikan dengan berbagai hal tergantung dari letak yang dari kata filsafat itu di letakkan:
Adab- adab yang perlu di perhatikan dalam mempelajari filsafat:
1.             Filsafat itu tinggi, tetapi setinggi – tingginya filsafat tidak boleh lebih tinggi dari spiritual. (Spiritual harus lebih tinggi dari filsafat)
Ilmu olah pikir harus lebih rendah dari keyakinan, maka dalam mempelajari sesuatu maka hendaknya kita berdoa terlebih dahulu. Sebagai contoh  satu langkah berfilsafat maka sepuluh langkah berdoa. Jika kita memiliki pikiran yang berat maka hentikan sejenak dan berdoa. Filsafat bersifat universal.
2.             Filsafat bersifat hidup
Sebagai contoh adalah cinta yang tidak selesai dengan istri. Untuk mempelajari filsafat itu hidup kita menggunakan metode hidup, Untuk membuktikannya kita bisa melihat keadaan di sekitar kita. Dalam metode hidup ada hidup yang sehat dan ada hidup yang tidak sehat, ada hidup yang bahagia dan ada hidup yang tidak bahagia. Begitupun dalam berfilsafat ada filsafat yang bahagia dan ada filsafat yang rusak, hidup tidak sehat misalnya sakit, pulang tidak ketahuan, tergesa-gesa, terpaksa, memaksa, artinya tidak sehat. Orang yang sehat adalah orang yang beradap.
3.             Bahasa filsafat adalah bahasa analog
Bahasa analog dalam filsafat lebih tinggi dari sekedar  kiasan.  Contoh: hati sama dengan keyakinan, agama, dll. Objek yang di pelajarai dalam filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada, sebagai contoh yang mungkin ada bisa kita cari, dan yang ada bisa kita cari dari lingkungan yakni yang bisa, dilihat, didengar, dipikirkan.
Yang mungkin ada maksudnya adalah benda yang setiap saat mencarinya tetapi tidak memikirkannya atau dengan kata lain yang belum di ketahui dan yang ada adalah sesuatu yang sudah diketahui.
Metode hidup adalah belajar dari kata filsafat, filsafat artinya pola fikir dan referensinya adalah spiritual, jika diturunkan menjadi ilmu bidang dan referensinya adalah ilmu pintar, jika di turunkan lagi adalah kegiatan-kegiatan. Apa yang dipelajari dalam filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Dimana sesuatu itu ada? Sesuatu yang diketahui, yaitu yang bisa dilihat, disentuh dan dirasakan.  Dimana kita mencari yang mungkin ada?  Yang mungkin ada adalah yang belum diketahui.
4.             Orang berfilsafat harus membersihkan diri
Dalam mempelajari filsafat seseorang harus bersih dari segala sesuatu, atu harus berfikiran jernih, untuk berfikiran jernih maka badanpun harus jernih, tidak ada kebencian.
5.             Sopan santun dalam ruang dan waktu.
Maksudnya yaitu sopan santun terhadap yang ada. Salah satu bentuk menghargai tersebut adalah menyadari bahwa disebelah kita ada orang yang bisa rugi karena perbuatan kita.
Agar hidup bahagia maka hiduplah dengan seimbang dan harmoni, kuncinya adalah ikhtiar, usaha, dan keikhlasan, keikhlasan usaha dalam ikhtiar. Harus seimbang di kedua dunia yakni dunia dan akhirat. Maka ciri- ciri hidup yang sehat adalah seimbang. Dalam berfilsafat jangan berfikir  no way, karena itu bukan metode hidup. Yang dimaksud   metode hidup dalam berfilsafat adalah menghidupkan filsafat dalam diri sendiri. Sebenar – sebenar kita berfilsafat ketika ada interaksi dan refleksi.
Pertanyaan:
1.